Kamis, 11 Desember 2008

Apa sesudah Ramadhan

Apa Sesudah Ramadhan?




Ditulis oleh Administrator
Sabtu, 13 Oktober 2007
Apa Sesudah Ramadhan?
Kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Berpisah dengan siangnya yang begitu indah dan malamnya yang begitu harum semerbak.

Kita berpisah dengan bulan Qur’an, bulan ketakwaan, kesabaran, Jihad, magfirah dan bulan pembebasan dari api neraka. Maka faedah apa yang sudah kita raih dari sekian banyak buah-buah Ramadhan yang begitu agung dan naungan-Nya yang begitu luas?Apakah dalam jiwa kita telah terwujud ketakwaan sehingga kita keluar dari madrasah Ramadhan dengan predikat orang-orang yang bertaqwa? Dan apakah kita senantiasa sabar dalam ketaatan dan menjauhi ma’siat? Apakah kita telah mentarbiyah (mendidik) jiwa kita untuk melakukan berbagai bentuk jihad? Apakah kita telah berjihad melawan hawa nafsu dan mampu mengalahkannya ? Ataukah kita berhasil dikalahkan oleh kebiasaan-kebiasaan dan prilaku-prilaku buruk? Apakah kita telah berusaha sekuat tenaga untuk meraih rahmat, Magfirah-Nya dan pembebasan-Nya dari api neraka? Apakah….Apakah….Apakah…? Begitu banyak pertanyaan yang menyelimuti hati seorang muslim sejati yang senantiasa mengoreksi dirinya dan menjawabnya dengan jujur dan terus terang. Ramadhan adalah madrasah imaniyah tempat persinggahan ruh untuk mempersiapkan bekal di sisa –sisa kehidupan kita di dunia. Maka kapan lagi seseorang akan mengambil bimbingan, pelajaran dan manfaat, untuk merubah kehidupannya jika ia tidak melakukannya pada bulan suci ini. Bulan Ramadhan merupakan madrasah untuk mengadakan perubahan amalan, perilaku, kebiasaan dan akhlaq yang bertentangan dengan syariat Allah Azza Wa Jalla. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ الرعد :92
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du : 92)Saudaraku yang tercinta ….. Saudariku muslimah. Jika anda termasuk orang-orang yang mampu meraih faedah-faedah Ramadhan dan anda mewujudkan ketakwaan pada diri anda, berpuasa dengan benar, mengerjakan qiamullail dengan khusyu’ dan bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu maka hal tersebut dapat kita syukuri serta kita memohon kepada Allah Azza Wa Jalla agar sikap tersebut konsisten sampai kembalinya ruh kehadirat-Nya. Maka hati-hatilah dan jangan sekali-kali termasuk orang-orang yang dimaksud dalam surat An Nahl ayat 92, Allah Azza Wa Jalla berfirman :
وَلاَ تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا النحل :92
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah di pintal”Apakah anda telah melihat seorang wanita yang memintal benang untuk dibuat sebuah baju kemudian ketika ia senang melihat baju tersebut ia menguraikan kembali pintalan-pintalan tersebut tanpa sebab! Maka apa komentar orang-orang terhadap perbuatan tersebut ? Seperti inilah halnya seseorang yang kembali ke jalan kemaksiatan, kefasikan, kesesatan, kegelapan dan melepaskan ketaatannya kepada Allah serta tidak lagi beramal sholeh setelah selesainya Ramadhan setelah ia merasakan nikmatnya letaatan dan ketakwaan, nikmatnya berdo’a kepada-Nya ia kembali pada pahitnya dan sengsaranya kemaksiatan dan kegelapan !! Berkata Syekh Shalih Fauzan “Sesungguhnya kebanyakan dari manusia waktu-waktunya berlalu dengan sia-sia sesudah ied dengan begadang, tarian-tarian daerah, bermain yang melalaikan, sehingga mungkin saja mereka meninggalkan shalat-shalat pada waktunya atau shalat berjama’ah, seakan-akan mereka dengan perbuatan itu ingin menghapuskan pengaruh Ramadhan pada jiwa-jiwa mereka jika mempunyai pengaruh, lalu memperbarui kehidupannya bersama syaithan yang jarang bermuamalah dengannya pada bulan Ramadhan”Maka alangkah nistanya sekelompok manusia yang mengenal Allah hanya di bulan Ramadhan. Imam Wuhabi bin Al Ward pernah melewati sekelompok manusia yang sedang asyik bermain pada hari ied, kemudian ia berkata kepada mereka :”Sungguh mengherankan kalian itu, kalau memang Allah telah menerima puasa kalian apakah semacam ini cara kalian bersyukur dan jika Allah tak menerima amalan puasa kalian apakah semacam ini cara kalian takut”Saudara-saudaraku tercinta…Ada beberapa indikasi yang menunjukkan terjerumusnya manusia dalam hal tersebut diantaranya :1. Orang-orang sudah tidak lagi memperhatikan shalat berjamaah yang bisa kita lihat pada hari pertama di hari raya dimana pada saat Ramadhan masjid dan mushalla selalu padat dengan para jama’ah shalat tarawih yang itu hukumnya sunnah tetapi setelah itu jama’ah mulai berkurang pada shalat lima waktu yang hukumnya wajib dan hal ini bisa menjadikan orang menjadi kafir jika meninggalkannya.2. Menyebarnya kembali nyanyian, film-film, berhias dan menyingkap wajah (bagi wanita) dan bercampurnya pria dan wanita (bukan mahram) di tempat-tempat rekreasi serta pergi ke tempat-tempat hiburan pria dan wanita untuk pacaran dan lain-lain.3. Melancong ke beberapa negara untuk kemaksiatan dimana orang-orang baik secara kolegial maupun individu berbondong-bondong mendatangi biro-biro perjalanan untuk memperoleh tiket ke luar negeri dengan tujuan negara-negara non Islam yang penuh dengan kekufuran, kemaksiatan, kerusakan moral dan lainnya Ini merupakan salah satu tanda tidak diterimanya amal –naudzubillahi- karena hakekat seseorang berpuasa adalah ia bahagia di hari ‘Iedul fitri, bertahmid dan bersyukur kepada Allah atas kesempurnaan puasanya. Di waktu yang sama ia menangis karena khawatir Allah tidak menerima ibadah puasanya. Sebagaimana dulu para salafus shalih menangis selama 6 bulan setelah Ramadhan untuk memohon kepada Allah Azza Wa Jalla supaya ibadah puasanya diterima di sisi-Nya.Diantara indikasi diterimanya amalan ibadah seorang hamba adalah keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam hal ketaatan dan ketundukannya terhadap syari’at-syari’at Islam. Allah berfirman :
وَإِذْ تـَأَذَّنَ رَبـُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأَزِيدَنــَّكُمْ إبراهيم :7
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim :7)Artinya bertambahnya kebaikan baik zhohir maupun batin yang berupa bertambahnya keimanan dan amal sholeh. Oleh karena itu seandainya seorang hamba memiliki kesungguhan dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah maka kebaikan dan ketaatannya terhadap syariat-syariat-Nya akan meningkat dan mampu menjauhi kemaksiatan. Sebagaimana telah di katakan oleh para salafusshaleh : ”Syukur adalah meninggalkan kemaksiatan” Setiap seorang hamba harus senantiasa taat kepada Allah Azza Wa Jalla dan komitmen dengan syari’at-syari’at-Nya serta istiqomah dengan agama-Nya. Allah berfirman :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ الحجر :99
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS. Al Hijr:99)Jangan bersikap seperti rubah yang beribadah kepada Allah Azza Wa JAlla sebulan kemudian bermaksiat di bulan yang lain atau beribadah kepada-Nya di suatu tempat tapi bermaksiat di tempat yang lain atau ! Namun hendaknya ia memahami bahwa Tuhan Pemilik Ramadhan adalah juga Tuhan Pemilik bulan-bulan lain dan Ia Pemilik semua waktu dan tempat, agar senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus sampai ia kembali kehadirat-Nya dalam keadaan diridhai oleh-Nya. Allah Azza Wa Jalla berfirman :
فَاسْتَقِيْمُوْا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فصلت : 6
“Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya”(QS. Fushshilat :6)Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
) (قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
“Katakan aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah” (HR. Muslim)Kalau seandainya puasa Ramadhan telah selesai masih ada puasa-puasa sunnah lainnya seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa hari Senin dan Kamis, puasa di tengah bulan (tanggal 13,14 dan 15 bulan hijriyah), puasa ‘Asyuro dan Arofah dan lainnya. Kalau qiyamur Ramadhan sudah berakhir maka masih ada qiyamullail yang disyariatkan dilakukan setiap malam.Dan seandainya shodaqoh dan zakat fitri di bulan Ramadhan sudah ditunaikan, masih ada zakat wajib lainnya.Demikianlah hakekat amalan sholeh yang bisa dilakukan sepanjang masa. Untuk itulah bersungguh-sungguhlah wahai Saudaraku seiman untuk senantiasa taat kepada Allah Azza Wa Jalla dan jauhilah kemalasan dan kelesuan dan jika anda enggan melaksanakan amalan-amalan sunnah maka jangan sekali-kali meninggalkan dan melalaikan kewajibanmu seperti shalat lima waktu yang harus dilakukan tepat pada waktunya dan dengan berjama’ah dan jangan sekali-kali terjerumus kepada kemaksiatan dengan berkata-kata, makan, minum, melihat dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.Demi Allah beristiqamahlah dan qomitmenlah pada agama-Nya di sepanjang masa karena engkau tidak tahu kedatangan malaikat maut. Jangan sampai ia datang dan engkau dalam keadaan maksiat kepada Allah Azza Wa Jalla. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
) يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبـــِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ (
“Ya Allah, Pembolak-balik hati, tetapkanlah hatiku pada agamamu”(HR. Ahmad)-Al Fikrah-
-Mustafa Ahmad-
Maraji’: Madza ba’da Ramadhan, Riyadh bin Abdurrahman Al Haqiil

Amalan yang Bermanfaat bagi Orang Yang telah Meninggal

Amalan Yang Bermanfaat Bagi Orang Yang Telah Meninggal
Sesungguhnya manusia berdasarkan fitrahnya, diciptakan senang memberikan manfaat kepada orang yang telah meninggal, dengan persangkaan dan anggapan bahwa amalan yang mereka kerjakan itu bisa memberikan manfaat kepada si mayat ketika di dalam kuburan dan setelah ia dibangkitkan darinya.
Di antara amalan yang paling banyak dilakukan oleh umat Islam dewasa ini adalah tahlilan, yaitu dengan memperingati hari-hari tertentu dari kematian seseorang dengan anggapan bahwa itu dapat membantu perjalanan roh orang yang meninggal menuju akhirat. Padahal hal ini sama sekali tidak pernah dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim) Berdasarkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka ada beberapa amalan yang bisa terus mengalir bagi seseorang meskipun ia telah meninggal dunia. Diantaranya adalah:A. AMALAN DARI PERBUATANNYA SEBELUM MENINGGAL1. Shadaqah jariyah Shadaqah jariyah adalah suatu ketaatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengharapkan ridha Allah Subhaanahu Wa Ta'ala, agar orang-orang umum bisa memanfaatkan harta yang disedakahkannya tersebut sehingga pahalanya mengalir baginya sepanjang barang tersebut masih ada.Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo'akannya." (HR. Muslim).Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga bersabda, "Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga." (HR. Bukhari dan Muslim).2. Ilmu yang BermanfaatRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun." (HR. Ibnu Majah).Sama saja apakah dia mengajarkan ilmu tersebut kepada seseorang atau berupa buku yang orang-orang mempelajarinya setelah kematiannya.Dari 'Aisyah—radhiyallahu 'anha—dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Orang yang mengajarkan kebaikan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan-ikan yang ada di dalam lautan." (HR. Al Bazzar).Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun." (HR. Muslim).3. Anak shaleh yang mendo'akan orang tuanyaAnak termasuk usaha orang tua, sehingga amalan-amalan shaleh yang diamalkan si anak, juga akan menjadikan orang tua mendapatkan pahala amalan tersebut, tanpa mengurangi pahala anak tersebut sedikit pun. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu makan adalah yang (kamu dapatkan) dari usaha kamu, dan sesungguhnya anak-anakmu itu termasuk usaha kamu." (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah).4. Apabila manusia, hewan atau burung memakan tanaman milik orang yang telah meninggalRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya (orang yang menanam). Dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya." (HR. Muslim). Imam Nawawi—rahimahullah—berkata mengomentari hadits di atas, "Hadits ini menunjukkan keutamaan menanam dan mengelola tanah, dan bahwa pahala orang yang menanam tanaman itu mengalir terus selagi yang ditanam atau yang berasal darinya itu masih ada sampai hari kiamat." Hal ini berbeda dengan sedekah jari-yah, karena tanaman itu tidak dimaksudkan (diniatkan) sebagai sedekah jariyah, akan tetapi hasil yang dimakan dari tanaman ter-sebut menjadi sedekah jariyah tanpa ke-inginan dari pemiliknya atau ahli warisnya.5. Bersiaga di jalan AllahRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Bersiaga di jalan Allah (menjaga jika musuh menyerang) sehari semalam lebih baik dari pada puasa dan mendirikan shalat satu bulan, dan apabila (orang yang bersiaga tersebut) meninggal dunia maka amalan yang sedang dia kerjakan tersebut (pahalanya terus) mengalir kepadanya, rezekinya terus disampaikan kepadanya dan dia terjaga dari ujian (kubur)." (HR. Muslim).6. Menggali kubur untuk mengubur seorang MuslimDari Abu Rafi' Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barang siapa yang memandikan jenazah dan ia menyembunyikan cacat jenazah tersebut, niscaya dosanya diampuni sebanyak 40 dosa. Dan barangsiapa yang mengafani jenazah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya kain sutera yang halus dan tebal dari surga. Dan barang siapa yang menggali kuburan untuk jenazah dan dia memasukkannya ke dalam kuburan tersebut, maka dia akan diberi pahala seperti pahala membuatkan rumah, yang jenazah itu dia tempatkan (di dalamnya) sampai hari kiamat." (HR. Al Baihaqi dan Al Hakim. Al Hakim berkata, "Hadits ini sesuai syarat Imam Muslim", dan Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya).B. AMALAN YANG BERASAL DARI USAHA-USAHA ORANG LAIN1. Do'a untuk mayatOrang yang telah meninggal akan mendapatkan manfaat dari do'a orang lain pada beberapa tempat/waktu yaitu:a. Do'a ketika akan meninggal atau setelah meninggalDari Ummu Salamah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, Jika kalian mengunjungi orang yang sakit atau orang yang telah meninggal maka ucapkanlah kebaikan, sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan." (HR. Muslim).b. Do'a untuk mayat dalam shalat jenazahDari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Jika kalian menyalatkan jenazah, maka murnikanlah do'a untuknya." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dari Auf bin Malik Radhiyallahu 'Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyalatkan satu jenazah, lalu saya hafalkan do'anya. Beliau berdo'a,
)اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدَخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخِطِايِا كِمِا نِقِّيْتِ الثِّوْبِ اْلأَبْيِضُ مْنَِ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجاً خَيٍراً مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ النَّارِ (
"Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, jauhkanlah dia (dari musibah), maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, dengan es dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran. Berilah ia ganti kampung yang lebih baik dari kampungnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia), istri yang lebih baik dari istrinya (di dunia). Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka." Lalu Auf bin Malik berkata, "Sampai-sampai aku membayangkan sekiranya akulah mayat itu." (HR. Muslim).c. Memohonkan ampun untuk mayatDari 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata, "Kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam apabila selesai menguburkan mayat, beliau berdiri lalu bersabda, "Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah keteguhan, sesungguhnya sekarang dia sedang ditanya." (HR. Abu Dawud dan Hakim). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga bersabda, "Sesungguhnya Allah sungguh akan mengangkat derajat seorang hamba yang shaleh di surga. Hamba tadi berkata, "Ya Rabb, bagaimana bisa saya mendapatkan derajat ini?" Allah menjawab, "Karena istighfar anakmu untukmu." (HR, Imam Ahmad dengan sanad yang shahih). Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyebut anak, karena anak yang biasanya beristighfar untuk orang tuanya. Penyebutan anak di sini sebagai keumuman, bukan sebagai pembatasan manfaat hanya dari anak. Maka seorang Muslim mana saja meminta ampun untuk saudaranya Muslim yang lain, niscaya hal itu bermanfaat baginya.d. Do'a untuk yang telah meninggal ketika kuburannya diziarahiDari Buraidah, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengajari para sahabat jika ziarah kubur, agar hendaklah mereka mengatakan:
)السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُوْنَ أَنْتُمْ لَنَا فَرَطٌ وَنَحْنُ لَكُمْْ تَبَعٌ أَسْْأَلٌ اللهَ لَنَا وَلَكٌمْ الْعَافِيَةَ(
"Semoga keselamatan bagi kalian wahai penghuni kubur dari golongan mu'min dan muslim. Kami insya Allah pasti akan menyusul kalian. Kalian bagi kami adalah pendahulu dan kami bagi kalian adalah pengikut. Aku memohonkan bagi diri kami dan kalian keselamatan." (HR. Muslim).e. Do'a untuk orang-orang yang telah meninggal secara keseluruhanAllah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya: "Dan orang-orang yang datang setelah mereka (para sahabat), mereka mengatakan, "Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan." (QS. Al-Hasyr. 10).Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Do'a seorang Muslim untuk saudaranya (sesama Muslim) yang tidak ada di hadapannya merupakan (do'a) mustajabah (dikabulkan). Di dekat kepala orang yang berdo'a tersebut ada malaikat yang ditugaskan, setiap dia berdo'a kebaikan untuk saudaranya, malaikat tersebut berkata, "Amin dan semoga kamu mendapatkan hal yang sama." (HR. Muslim).Do'a tersebut berlaku bagi orang yang masih hidup dan juga bagi yang telah meninggal dunia.2. Banyaknya Orang yang Menyalatkan JenazahRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Tidak ada satu jenazah pun yang dishalatkan oleh sekelompok Muslim yang mencapai seratus—semuanya meminta buat si mayat—kecuali permintaan mereka buat si mayat itu diterima." (HR. Muslim). Boleh jadi sang mayit juga diampuni dosanya jika dishalatkan oleh kurang dari seratus orang asalkan orang-orang yang menyalatkan itu termasuk orang-orang yang bertauhid. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Tidak ada seorang Muslim pun yang wafat, lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan apa pun, kecuali Allah menereima permintaan mereka buat mayat itu."3. Pujian Kebaikan Buat Orang yang Telah MeninggalRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barang siapa yang kalian puji dengan kebaikan maka pasti baginya surga, dan barang siapa yang kalian sebut-sebut kejelekannya maka pasti baginya neraka." (HR. Bukhari dan Muslim).Wallahu A'lam (Al Fikrah)

Al-Qur'an yang Mulai Ditinggalkan

AL QURAN YANG DITINGGALKAN(AlFikrah No.15 Tahun VIII/28 Syawal 1428H)
Idul Fitri, 1 Syawal yang menandai berakhirnya Syahrul Qur'an, berlalu belum lagi sebulan. Bekas-bekasnya pun masih terlihat. Pakaian baru, perabot baru, bahkan aneka makanan ringan pun masih berderet di rak-rak makanan.
Namun, berbeda dengan Ramadhan, masih adakah yang tersisa dari bulan suci ini? Kepergiannya seolah tak meninggalkan bekas. Masjid-masjid kembali sepi dari jamaah. Tempat-tempat maksiat kembali disesaki oleh jiwa-jiwa yang sakit. Fakir miskin kembali terlantar. Dan Al Qur'an yang banyak dibaca, kembali tak dilirik.
Beginilah kita! Seolah-olah, shalat berjamaah di masjid hanya ada di bulan Ramadhan. Maksiat hanya diharamkan di bulan Ramadhan. Sedekah hanya dianjurkan pada bulan Ramadhan. Al Qur'an hanya wajib dibaca pada bulan Ramadhan. Seolah-olah Allah hanya ada dan disembah di bulan Ramadhan!
KEWAJIBAN TERHADAP AL QUR'ANKewajiban PertamaSering membaca dan menjadikannya Sebagai Wirid HarianKapan terakhir kali Anda mengkhatamkan (menamatkan) bacaan Al Qur'an? Barangkali Anda akan menjawab, "Ramadhan kemarin." Lalu setelah Ramadhan, mushaf Al Qur'an Anda hanya tersimpan di rak-rak buku ditemani debu.Waspadalah, hindarilah, jangan sampai Al Qur'an menjadi saksi bagi Anda di hari kiamat. Ya, saksi yang menerangkan, Anda telah menyia-nyiakannya.Al Qur'an bagi seorang Mukmin laksana air dan udara. Ia tidak akan bisa hidup tanpa mengkhatamkan Al Qur'an ini berkali-kali sepanjang nyawa masih di kandung badan.Mushaf sakuWajarkah kita melihat Kitabullah berada di dalam rak-rak buku dalam kondisi tertutupi debu? Anda bisa sangat terbantu untuk dapat membaca Al Qur'an setiap saat dengan memiliki sebuah mushaf saku yang dapat Anda bawa kemana saja. Jangan pernah melewatkan satu hari pun tanpa membacanya. Bagaimanapun keadaan Anda!Kewajiban KeduaBelajar Membaca Al Qur'anBanyak anak muda yang mengeluh, "Membaca Al Qur'an amatlah sulit! Di sekolah saya tidak pernah belajar bahasa Arab." Kita katakan kepada mereka, "Kalian telah begitu tekun mempelajari bahasa-bahasa asing. Kalian rajin mengikuti kursus-kursus untuk mempelajari bahasa Inggris, Perancis, dan sebagainya. Mestinya kalian lebih tekun mempelajari Al Qur'an, karena yang akan kita pelajari adalah firman Allah سبحانه وتعلى."Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).Beliau juga bersabda,
الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
"Orang yang membaca Al Qur'an dengan pandai, ia akan bersama para pemuka yang agung dan mulia. Sedangkan orang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan, maka ia akan mendapatkan dua pahala." (HR. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah! Hadits ini mengandung gambaran yang begitu jelas mengenai seseorang yang bersungguh-sungguh dan mati-matian mengeluarkan bacaan-bacaan huruf dengan baik, namun ia tetap kesulitan. Meski begitu, ia tetap memperoleh dua pahala; pahala membaca dan pahala atas kesungguhannya.Sebuah bencanaTapi apa yang kita maksud dengan belajar Al Qur'an? Yang kita maksudkan adalah belajar untuk membaca Al Qur'an dengan bacaan yang tepat tajwidnya. Memanjangkan bacaan yang mad. Mendengungkan bacaan yang ghunnah. Membaca dengan benar pada huruf-huruf yang perlu dibaca secara tarqiq (tipis), tafkhim (tebal), qalqalah (memantul), dan lain sebagainya. Ini semua ada dalam pelajaran tajwid. Dan memang demikianlah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dahulu membaca Al Qur'an. Kita pun dituntut untuk membaca Al Qur'an sebagaimana Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dahulu membacanya. Bayangkanlah, huruf-huruf Al Qur'an keluar dari mulut kita seperti ketika lebih dari 1400 tahun yang lalu keluar dari mulut Rasulullah صلى الله عليه وسلم.Tidakkah naif jika Anda melihat seorang remaja yang begitu lancar berbahasa Inggris, namun ia tidak bisa ? Ini betul-betul adalah sebuahUmembaca firman-firman Allah bencana.Kewajiban KetigaMenghayati Setiap BacaanArtinya, jadikan hati Anda tergetar ketika mendengar atau membaca Al Qur'an. Selamilah Al Qur'an seolah-olah Al Qur'an ini sedang diturunkan dan diwahyukan kepada Anda secara langsung.Al Qur'an sebenarnya mudah dan tidak sulit untuk dipahami seperti dugaan sebagian orang. Mayoritas kandungan maknanya sederhana dan cukup jelas. Di sini berbicara mengenai surga, di sana berbicara mengenai neraka. Di sini berbicara mengenai penduduk surga, di sana berbicara mengenai penduduk neraka. Di sini berbicara , dan di sana berbicara mengenai kasih sayang-Nya. AdaYmengenai kekuasaan Allah banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an yang bisa dipahami oleh semua orang tanpa harus merujuk pada buku-buku tafsir.Kewajiban KeempatMengulang-ulang HapalanBerapa banyak ayat dan surah yang kita hapal, namun kemudian kita dilupakan terhadapnya begitu saja? Seseorang misalnya, berkata, "Saya dulu hapal Al Qur'an. Tapi sekarang…!" Yang lain mengatakan, "Saya adalah lulusan sebuah pesantren, tapi saya hanya hapal beberapa surah dalam Juz 'Amma."Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda, "Ulang-ulangilah Al Qur'an ini, sebab demi Zat yang diriku ada di tangan-Nya, Al Qur'an ini lebih mudah lepas dibandingkan lepasnya seekor unta dari tali kekangan." (HR. Bukhari dan Muslim).Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersumpah, sementara Anda masih saja mengatakan, "Dengan sedikit mengulang, saya akan mampu mengembalikan hapalan saya dengan mudah." Al Qur'an itu amatlah mahal dan berharga. Anda harus terus mengulang-ulanginya, sehingga ada tiga aktivitas yang selalu bergantian Anda lakukan; membaca, menghapal, dan mengulanginya. Sungguh tidak layak, jika Al Qur'an ternyata hanya menduduki posisi sampingan dalam hidup Anda.Kewajiban KelimaMengamalkannyaRasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
"Dan Al Qur'an akan menjadi hujjah (bukti) pendukung bagimu, atau menjadi bukti pemberat bagimu." (HR. Ibnu Majah, An-Nasa'i, dan Ahmad).Dari hadits ini, tahukah Anda, kapan Al Qur'an akan menjadi pendukung bagi Anda? Ya, Al Qur'an akan menjadi pendukung Anda manakala Anda selalu menjaganya dan tidak meninggalkannya, dengan rajin membaca,menghapal, atau mengulang-ulanginya, juga dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.Tetapi Al Qur'an akan menjadi bukti pemberat bagi Anda jika Al Qur'an ini hanya ada dalam lidah dan mulut serta tidak pernah terpantul ke dalam sikap dan tingkah laku Anda.Perilaku Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah penjelmaan nyata dari Al Qur'an. Beginilah seharusnya seorang Muslim memahami permasalahan ini. Al Qur'an yang merupakan kitab tuntunan, haruslah betul-betul terealisasikan dalam dalam wujud nyata, di mana ajarannya betul-betul menjelma dalam bentuk seorang manusia.Demi Allah, firman Allah سبحانه وتعلى ini tidak hanya perlu untuk dibaca dan dihapal. Umat Islam telah membacanya selama 1400 tahun yang lalu. Tetapi sangat sedikit yang mau mengamalkan firman Allah سبحانه وتعلى ini dalam praktik dan pelaksanaan nyata.BEGINILAH AL QUR'AN DITINGGALKANSeseorang meninggalkan Al Qur'an dalam enam hal:1. Tidak mendengarkan maupun membacanya.2. Tidak merenunginya dan tidak pula memikirkan kandungan makna-maknanya, juga merenungi maksud Allah سبحانه وتعلى dalam firman-firman-Nya.3. Tidak mengamalkannya.4. Tidak menjadikannya sebagai obat pena-war.5. Tidak menjadikannya sebagai sumber/ rujukan hukum.6. Malu karena Al Qur'an. Misalnya, Anda malu untuk membacanya di tengah-tengah kawan Anda lantaran takut dihina oleh mereka.Allah سبحانه وتعلى berfirman, artinya, "Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya." (QS. Al A'raf: 2).Ya Allah, bagaimana mungkin kita malu karena Al Qur'an?Bandingkan diri Anda dengan enam hal di atas, kemudian tanyakan pada diri Anda, apakah Anda telah menjadi orang yang meninggalkan Al Qur'an? Jika salah satu saja dari enam hal di atas Anda lakukan, maka Anda telah menjadi orang yang meninggalkan Al Qur'an, meskipun dalam persentase yang tidak sepenuhnya. Maka bagaimana jika seluruhnya? Wallahul Musta'an wa ilaihil Musytaka.